EditorMochamad Sadheli. Negara Indonesia dan Thailand beradu rekor dalam perebutan medali emas para angkat berat ASEAN Para Games 2022 kelas -63 kg di Solo Paragon Hotel, Kamis (4/8/2022). Indonesia yang diwakili Shebrioni menggertak lebih dulu lewat angkatan 100 kg pada percobaan kedua. Angka itu memecahkan rekor ASEAN Para Games. Kitategaskan, bahwa bukan syarat orang berdakwah itu mencapai tingkat tertinggi dalam ilmu syar'i, tapi setiap manusia punya peran yang sangat penting. Bila panggilan dakwah itu datang, jangan sampai ia menyatakan untuk mundur. Silakan ia tampil di depan, maju untuk berjuang di jalan Allah, dengan syarat sesuai dengan kemampuan yang ia miliki. Kegiatandakwah bisa dilakukan siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Dakwah bisa dilakukan lewat perbuatan atau pemikiran, bisa berupa himbauan, ajakan atau bahkan gagasan. Asalkan tujuannya untuk mengajak pada jalan kebenaran sesuai Al-Qur'an dan hadits, maka itu tergolong dalam perbuatan dakwah yang benar. 111 Bolehkah Kita Mengelakkan Tribulasi atau Mengurangkan Tekanannya atau Mengelakkannya Merupakan Penyelewengan dari Jalan Dakwah?. Ada orang menggambarkan bahawa dengan sedikit berpolitik, diplomasi dan menggunakan kecerdikan dan perlaksanaan yang baik dapat mengelakkan ujian dan bencana dari menimpa para pendokong dakwah dan memimpin para pendokong dakwah serta menjauhkan mereka dari Dakwahdan jihad, jalan hidup mu'min sejati. Kajian Jihad. Oleh Saif Al Battar Pada 8/04/2013 12:33. Oleh: Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman. (Arrahmah.com) - Di medan da'wah dan jihad, pada diri seorang muslim sering muncul sifat dan watak tidak adil, berpura-pura dan munafiq. Seperti saat ini yang sebagian daripada ulama', da'i Jalandakwah inilah yang telah dilalui oleh para Rasul Allah SWT, para sahabat, tabiin, salafus shalih dan orang-orang shaleh. Dengan jalan dakwah inilah kita akan mendapatkan nikmat Allah SWT yang sangat besar. Bahkan nikmat dalam berislam, iman dan persaudaraan akan semakin engkau rasakan kenikmatannya melalui dakwah ini. Untukterus thabat di jalan dakwah, kita haruslah berterusan berdakwah dengan apa cara sekalipun selagi mana tidak bertentangan dengan syi'ar agama serta perlulah bersistem.Sebaliknya jika berhenti walau seketika, maka di titik itulah akan bermulanya jalan futur. Di saat kita mula berehat, sejurus selepas itu akan timbul perasaan malas dan berat. NarasiPostCom-Sering kali aku berjumpa dengan seseorang yang ketika diseru kepada dakwah masih terasa berat. Kata-kata dakwah itu seperti alergi. Alergi adalah sebuah respon sistem kekebalan tubuh yang berlebihan ketika zat asing menghampiri. Mereka suka berdalih dan berpaling, bahkan tak jarang menimbulkan reaksi yang berlebihan. Yd3WGjI. Oleh Adam Cholil Al-Bantaniy Direktur LKI Al Mustaqim, Gresik Banyak diantara kita bila mendengar kata “berkorban” yang terbayang adalah kesulitan, beban, merugikan, menyakitkan dan berbagai perasaan lain yang tidak menyenangkan. Hal ini wajar karena berkorban mengharuskan seseorang mengesampingkan kepentingannya sendiri. Hal ini akan terasa berat dan menjadi beban bagi mereka yang tidak memahami esensi berkorban itu. Disatu sisi berkorban dijalan dakwah merupakan tuntutan yang harus dipenuhi. Karena dakwah merupakan kewajiban bagi setiap mukmin untuk tegaknya agama Allah. Sedangkan disisi lain secara manusiawi seseorang akan merasa berat jika dituntut untuk melakukan sesuatu yang dianggap merugikan atau tidak menguntungkan diri sendiri. Oleh karenanya diperlukan pemahaman yang utuh tentang berkorban dijalan dakwah itu sendiri. Apakah benar pengorbanan dijalan dakwah itu merugikan dan merupakan beban bagi para pengemban dakwah. Kalau kita coba pahami dengan baik ternyata berkorban itu bukan hanya untuk kepentingan orang lain. Sebenarnya manfaatnya akan kembali kepada diri sendiri. Seseorang yang merelakan hartanya untuk berjuang dijalan Allah sebenarnya ia tengah menabung untuk dirinya. Karena Allah akan memberikannya kembali dengan tambahan yang lebih besar diakhirat nanti. Dia berfirman “Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui”. QS. alBaqarah261. Rasulullah saw. bersabda مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فِي سَبِيْلِ اللهِ تَضَاعَفَتْ بِسَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ. رواه أحمد “Barangsiapa menafkahkan sesuatu dijalan Allah maka akan dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali lipat”. HR. Ahmad Begitu juga orang yang mengorbankan jiwanya dalam rangka menegakkan agama Allah akan mendapat kedudukan yang tinggi disisiNya. Ia akan menggapai syahadah yang akan mengantarkannya kepada kebahagiaan abadi. Agar berkorban menjadi ringan Agar berkorban dijalan dakwah terasa ringan ada beberapa hal yang mesti kita lakukan; Pertama, berusaha menjadikan dakwah sebagai sesuatu yang paling kita cintai. Mencintai dakwah melebihi cinta kepada anak, istri, harta, bahkan diri sendiri. Inilah yang terjadi pada pribadi para sahabat Rasulullah saw.; Abubakar, Umar, Utsman, dan yang lainnya. Mereka rela mengorbankan diri dan hartanya dijalan Allah. Ketika Abubakar datang kepada Rasulullah saw. dengan membawa seluruh hartanya, Beliau saw. bertanya, “Adakah harta yang engkau sisakan? Ia menjawab, “Ada pada Allah dan Rasulnya.” Zaid bin Haritsah tidak merasa takut melesak ketengah barisan musuh diperang Mu’tah. Karena yang ia cari adalah syahid dijalan Allah. Ia telah menjual dirinya kepada Allah dengan surga sebagai harganya. Inilah yang Allah gambarkan dalam firmanNya Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itu Telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar. QS. At-Taubah111 Dengan mencintai dakwah sebagai wujud kecintaan kita kepada Allah kita akan merasa ringan ketika harus berkorban dijalannya. Seperti seseorang yang mencintai istri dan anaknya maka ia akan rela berkorban untuk mereka. Atau seperti seorang laki-laki yang mencintai seorang gadis, ia akan rela melakukan apapun demi mendapatkan cintanya. Seorang hamba yang mencintai Allah dengan sepenuh hatinya ditanya tentang kebiasaannya yang suka memberikan hartanya dan mengorbankan jiwanya dijalan Allah tanpa perhitungan, apa gerangan yang membuatnya demikian? Ia mengatakan, “Suatu ketika aku mendengar sepasang manusia yang sedang dimabuk cinta berbisik-bisik ditempat yang sunyi. Sang pemuda berkata kepada gadis disampingnya, “Aku, demi Allah sangat mencintaimu sepenuh hati, tapi mengapa engkau selalu berpaling dariku.” Gadis itu menjawab, “Jika engkau benar-benar mencintaiku, apa yang hendak engkau persembahkan sebagai bukti cintamu.” Pemuda itu berkata, “Akan aku persembahkan seluruh jiwa ragaku untukmu.” Hamba Allah itu berkata, “Ini adalah kisah cinta sesama makhluk, bagaimana jika yang dicintainya itu adalah Sang Khaliq yang layak untuk dipuja dan disembah?” Kedua, membiasakan diri dalam berkorban. Para nelayan yang sudah terbiasa menghadapi ombak dan badai serta dinginnya angin malam tidak merasa berat dengan semua itu, mengapa? Karena mereka sudah biasa. Dengan membiasakan diri untuk berkorban kita akan merasa ringan. Oleh karenanya sejak dari awal sejatinya dakwah harus disertai dengan semangat pengorbanan dan dibiasakan untuk berkorban baik harta, tenaga, waktu bahkan jiwa. Jika perlu diri kita harus dipaksa untuk berkorban agar hal itu menjadi sebuah kebiasaan. Dan yang harus memaksanya adalah diri sendiri, bukan orang lain. Para ustadz dan pembimbing mungkin hanya bisa mengarahkan dan membina agar para pengemban dakwah tersebut mau berkorban. Tetapi selanjutnya merekalah yang mengusahakan dirinya agar dengan suka rela memberikan pengorbannya untuk dakwah. Coba simak apa yang dilakukan Abdullah bin Rawahah ketika maju ke tengah medan pertempuran tetapi hatinya merasa ragu karena takut terhadap kematian maka ia serukan kepada jiwanya “Aku sungguh bersumpah, hai jiwaku, kau mesti menerjuni pertempuran, Mau atau tidak, kau terpaksa menghadapinya. Apabila orang-orang itu berhimpun dan mereka berpekik keras-keras, maka mengapa aku melihatmu membenci surga? Cukup lama kau merasakan ketenangan Bukankah kau tiada lain adalah air mani didalam kulit?” Ia kemudian menerjang ke tengah musuh dengan dahsyatnya hingga meninggal dalam keadaan syahid. Abdullah telah berhasil memaksa dirinya untuk mengorbankan jiwanya. Ia cambuk jiwanya ketika mencoba memalingkan dirinya dari pengorbanan itu. Tindakan seperti inilah yang mesti kita lakukan ketika jiwa kita merasa pelit dan malas untuk berkorban dijalan dakwah. Diri kita harus dipaksa untuk terbiasa dan bisa berkorban demi dakwah untuk meninggikan kalimah Allah li i’laali kalimatillah. Ketiga, berdakwah dengan penuh perasaan dan kesadaran. Selama ini kita merasa berat dalam melakukan aktifitas dan pengorbanan dalam dakwah mungkin karena kita tidak melakukan semuanya itu dengan sepenuh perasaan dan kesadaran. Padahal perasaan yang menyertai suatu aktifitas akan mampu menghilangkan rasa berat yang mungkin muncul. Sementara kesadaran penuh ketika melakukan suatu perbuatan akan mendatangkan kenikmatan didalamnya. Ketika dakwah yang kita lakukan hanya merupakan rutinitas atau bahkan hanya sekedar sebagai penggugur dosa maka ia akan tetap menjadi sebuah beban, dan pengorbanan dijalannya akan terasa memberatkan. Seperti shalat yang hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari lima menit akan terasa berat bagi orang-orang yang melaksanakannya tidak disertai dengan perasaan dan kesadaran. Berbeda dengan Rasulullah saw. dan para sahabat yang justru merasa nikmat ketika melaksanakan shalat. Sehingga mereka betah menghabiskan waktu yang lama dalam shalatnya. Sebaliknya orang-orang munafik malah merasa berat walau shalatnya hanya seperti burung bangau mematuk cacing. Allah beritakan hal ini dalam Alqur’an Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan Karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak pula menafkahkan harta mereka, melainkan dengan rasa enggan. QS. At-Taubah54 Mengapa bisa terjadi perbedaan perasaan antara Rasulullah saw. dan para sahabat dengan orang munafik ketika melaksanakan shalat itu. Karena Rasulullah saw. dan para sahabat melaksanakannya dengan segenap perasaan dan kesadaran khusyu, sementara orang munafik melakukannya karena terpaksa kaarihuun. Maka tidak heran jika Khalid bin Walid, seorang panglima perang yang gagah-berani, merasakan kenikmatan luar biasa ketika berada dimedan perang. Padahal peperangan telah melukai setiap jengkal tubuhnya. Ia berkata, “Aku lebih menyukai malam yang sangat dingin dan bersalju, di tengah-tengah pasukan yang akan menyerang musuh pada pagi hari, daripada menikmati indahnya malam pengantin bersama wanita yang aku cintai atau aku dikabari dengan kelahiran anak laki-laki.” HR al-Mubarak dan Abu Nuaim. Suatu hal yang menyakitkan seperti perang menjadi nikmat karena dilakukan dengan segenap perasaan dan kesadaran. Khatimah Saat ini kita semua yang terjun didunia dakwah sangat diharapkan pengorbanannya demi tegaknya kembali hukum Allah dimuka bumi. Pengorbanan yang tulus dari hati sanubari. Pengorbanan yang tidak pernah berhenti. Berkorban dengan segala yang kita miliki. Pengorbanan dengan senang hati karena hal itu muncul dari kesadaran diri. Semakin banyak orang yang mau berkorban akan semakin dekat kemenangan datang. Sebaliknya bila sedikit orang yang mau berkorban maka akan semakin jauh pula kemenangan itu tiba. Keberhasilan kaum Muslimin menegakkan Daulah Islam di Madinah dalam waktu singkat adalah karena pengorbanan yang luar biasa dari mereka. Mush’ab bin Umair misalnya rela meninggalkan kemewahan hidupnya demi memenuhi seruan dakwah. Kaum Muhajirin rela berpisah dengan keluarga dan meninggalkan hartanya di Mekkah karena panggilan dakwah. Begitu juga kaum muslimin pada masa Khulafaur rasyidin dan para Khalifah sesudahnya lebih mementingkan dakwah dan jihad ketimbang mengejar duniawi. Sehingga islam mampu menyinari dua pertiga wilayah dunia dalam masa kejayaannya selama tiga belas abad. Tak inginkah kita berada dibarisan mereka yang telah berbahagia menyandang predikat pejuang islam. Orang-orang yang telah menghiasi perjalanan hidupnya dengan pengorbanan dijalan dakwah. Orang-orang yang telah mengukir sejarah peradaban islam yang gemilang. Jangan sia-siakan kesempatan untuk berkorban dijalan Allah yang Anda miliki hari ini sebelum kesempatan itu hilang yang akan menyisakan penyesalan tiada akhir. Wallahu a’lam bisshawab.[] Ilustrasi sarana dakwah salah satunya melalui radio mikrofon di studio podcast maupun study televisi, radio juga. Foto internetOleh Ahmad Khozinudin * kemarin 19/11, saya berjumpa dengan segenap pengemban dakwah di Kota Surabaya. Dalam forum yang hangat, saya diminta untuk menyampaikan sesuatu. Awalnya saya bingung, ingin menyampaikan apa. Namun, penyampaian itu menjadi sesuatu’ bukan karena bahasa tutur, tapi hakekat laku yang bahasa yang tidak berdampak, tidak menggugah, bahkan seperti ungkapan kosong yang diulang-ulang sehingga sangat menjemukan. Karena apa ? Karena bahasa laku terlalu jauh dengan bahasa tutur. Saya mencoba mengawali, menyampaikan bahasa tutur dari laku yang pernah saya sewaktu saya masih remaja dan tergabung dalam RISMA Remaja Masjid Musholla, saya dan kawan-kawan sepantaran biasa diajari berorganisasi. Termasuk untuk dapat menyampaikan dalam berbagai forum, baik sebagai MC atau memberikan mukadimah, kami saat itu hingga saat ini selalu diajari untuk mengucap rasa syukur, atas karunia dan limpahan nikmat Allah SWT. Terutama, nikmat iman dan Islam. Sayangnya, dulu saya tidak terlalu merasakan apa makna nimat iman dan Islam’. Baru setelah mengarungi samudera kehidupan, sangat terasa betapa luar biasanya nikmat iman dan Islam. Sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk berdakwah. Ya, kegiatan berdakwah tidak hanya boleh dilakukan oleh ustadz atau kyai saja. Tiap muslim memiliki tugas untuk berdakwah yaitu menyebarkan ajaran agama Islam sesuai dengan syari'at yang benar. Kewajiban berdakwah banyak disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits Rasulullah SAW. Dakwah tidak hanya bisa dilakukan lewat lisan di sebuah forum majelis atau pengajian saja. Kegiatan dakwah bisa dilakukan siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Dakwah bisa dilakukan lewat perbuatan atau pemikiran, bisa berupa himbauan, ajakan atau bahkan gagasan. Asalkan tujuannya untuk mengajak pada jalan kebenaran sesuai Al-Qur'an dan hadits, maka itu tergolong dalam perbuatan dakwah yang benar. Lantas apa sebenarnya pengertian dakwah itu sendiri? Apa definisi dakwah yang benar? Apa pula arti kata dakwah dalam bahasa Arab dan bagaimana penggunaan kata dakwah bisa relevan dengan bahasa Indonesia. Berikut merupakan definisi dan pengertian dakwah sesuai ajaran Islam selengkapnya. Pengertian Dakwah Secara bahasa, dakwah berasal dari kata bahasa Arab yang berarti ajakan atau seruan. Secara umum, dakwah dapat diartikan sebagai kegiatan menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk taat dan beriman kepada Allah sesuai dengan syari'at Islam yang diajarkan. Dalam bahasa Arab, kata dakwah adalah bentuk kata benda yang berasal dari kata kerja 'menyeru' atau 'mengajak'. Memang tidak ada definisi dakwah yang baku. Tiap ulama atau ahli bahasa cenderung memiliki definisi yang agak berbeda. Namun dari semua pengertian, bisa disimpulkan bahwa dakwah merupakan kegiatan menyeru dan mengajak orang agar berada di jalan kebenaran sesuai perintah Allah SWT. Penggunaan kata dakwah awalnya ditujukan pada seruan atau ajakan pada seseorang agar berubah menjadi lebih baik. Namuns eiring perkembangan zaman terdapat pergeseran makna kata dakwah sehingga hanya tertuju pada dakwah dalam ajaran agama Islam. Dalam proses dakwah terdapat dua unsur utama, yaitu pendakwah atau orang yang berdakwah serta sasaran dakwah atau orang/kelompok yang didakwahi. Unsur lain yang ada pada proses berdakwah adalah materi dakwah yang disampaikan, metode dakwah yang digunakan serta landasan dakwah yang dijadikan acuan. Kata dakwah sering dirangkai dengan ilmu atau Islam. Dalam Islam, tiap perkataan, pemikiran atau perbuatan untuk mengajak orang ke jalan kebaikan, amal saleh atau perbuatan baik sesuai syari'at Islam disebut juga dengan dakwah. Untuk itu, dakwah tidak hanya diartikan pada kegiatan ceramah atau pengajian saja, karena dakwah memiliki cakupan arti yang lebih luas lagi yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Dakwah pun memiliki tujuan tersendiri. Tujuan dakwah antara lain adalah mengajak orang agar berada pada jalan kebenaran dan berakhlak karimah. Selain itu dakwah bertujuan agar akidah Islam bisa tertanam pada tiap manusia. Adapun manfaat dakwah bagi pendakwah adalah melakukan kewajiban sebagai muslim guna mewujudkan kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak. Macam-Macam Dakwah Dakwah memiliki beberapa macam jenis metode, tergantung pada cara penyampaian si pendakwah kepada sasaran dakwah. Terdapat banyak macam-macam metode berdakwah, di antaranya yaitu sebagai berikut. Dakwah bil Lisan, yaitu dakwah dengan komunikasi lisan atau ucapan, misalnya ceramah atau khutbah Dakwah bil Hal, yaitu dakwah dengan aksi tindakan nyata, misalnya lewat kegiatan Islami atau bakti sosial Dakwah bil Qalam, yaitu dakwah melalui media tulisan, misalnya melalui buku atau media massa Dakwah bil Qudwah, yaitu dakwah memalui sikap keteladanan, misalnya dengan melakukan perbuatan amal shaleh tiap harinya Tiap pendakwah biasanya memiliki metode yang berbeda-beda. Ada yang lihai dalam bercakap hingga memilih metode secara lisan. Namun juga ada yang lebih pandai dalam menulis sehingga memilih berdakwah lewat karya tulisan. Apa pun macam metode dakwah yang dipilih boleh saja asalkan sesuai dengan tujuan dakwah sesuai akidah Islam. Kewajiban Berdakwah Dakwah merupakan tugas dan kewajiban bagi tiap muslim. Artinya tiap muslim diharuskan untuk menyebarkan ajaran Islam pada orang lain. Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 25 tentang perbuatan dakwah sebagai berikut. "Serulah oleh kalian umat manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka secara baik-baik..." QS. An-Nahl125. Dalam hadits Nabi Muhamamd SAW, juga dijelaskan mengenai perintah berdakwah bagi muslim. Contoh hadits tentang berdakwah misalnya adalah sebagai berikut. “Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat” dan “Katakanlah kebenaran itu walaupun rasanya pahit/berat” Ibnu Hibban. Nah, itulah sekilas info Islami mengenai pengertian dakwah dan definisi lengkapnya serta macam macam metode dakwah, manfaat dakwah dan dalil kewajiban berdakwah. Sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai muslim untuk melakukan kegiatan dakwah dalam kehidupan sehari-hari. Dakwah pun bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja sehingga bisa dilakukan oleh siapa saja. Sekian info Islami kali ini, semoga bisa bermanfaat.